HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

BEDA PENDAPAT MENDIDIK ANAK DENGAN SUAMI

 

CURHAT: Saya ibu rumah tangga dengan dua orang anak praremaja. Yang pertama putri usia 12 tahun dan yang kedua putra usia 9 tahun.
Sebagai ibu rumah tangga penuh, saya merasa berkewajiban merawat, mendampingi dan mendidik anak-anak dengan sepenuh hati. Sementara suami saya seorang pegawai swasta yang berangkat pagi pulang sudah menjelang malam.

Ketika anak-anak masih kecil suami belum begitu terlihat ikut serta mendidik anak. Dalam artian dia lebih banyak diam dan membiarkan saya yang mengingatkan dan menegur anak saat mereka berbuat salah. Dan biasanya dia hanya bilang, “Tuh dengerin Mama kamu.”

Tapi ketika anak-anak sudah menjelang remaja sekarang ini, dia mulai ikut aktif memperhatikan perkembangan dan tingkah laku anak.
 

Dan yang membuat saya bingung, dia selalu cenderung menerapkan aturan yang berbeda dengan aturan yang saya terapkan. Misalnya, anak-anak saya perbolehkan untuk bangun agak siang saat hari libur sekolah. Suami malah membangungkan anak-anak dan menyuruh mereka bangun pagi, karena akan mengajak mereka olah raga. Menurutnya, mumpung dia libur jadi anak-anak bisa menghabiskan waktu dengan dia.

Hal lain adalah saat anak kami yang besar merasa kurang enak badan saat bangun pagi. Saya menganjurkan dia untuk istirahat saja di rumah, supaya fit dulu baru besok sekolah.
Suami saya malah marah dan menyuruh anak kami untuk segera bangun, sarapan dan mandi, supaya segar dan berangkat sekolah. “Tetap harus semangat, jangan malas,” begitu katanya.
Saya bengong, anak sedang kurang sehat kok dipaksa sekolah. Tapi saya tidak berani membantah dan berseteru di depan anak, jadi saya biarkan saja anak mengikuti perintah ayahnya. Anak kami juga takut protes, karena kalau diprotes ayahnya akan marah besar.
 

Akibatnya anak kami merasa lemas saat mengikuti pelajaran di sekolah dan harus masuk ruang UKS, pihak sekolah menelepon saya agar  segera menjemput anak kami.

Suami juga terlihat membedakan perlakuan kepada anak perempuan dan laki-laki. Dia sangat memanjakan anak laki-lakinya, tapi bersikap sangat tegas kepada anak perempuan kami.

Apa pun yang diminta anak laki-laki kami segera ia kabulkan, seperti minta HP baru atau tablet yang seperti temannya. Dengan senang hati suami segera mencarikan di online dan membelikan.
 

Tapi ketika anak perempuan kami minta uang untuk beli tas sekolah baru, suami bilang, “Kamu nabung dulu dari uang saku kamu, nanti kalau sudah cukup baru beli.” Tentu saja anak perempuan kami kecewa dan selalu mengadu ke saya. Saya hanya bisa bilang, “Sabar ya Nak, ambil positifnya aja. Papa sedang mengajari kamu cara mengatur uang.”

Ada satu peristiwa yang baru-baru ini bikin saya naik darah dan protes kepada suami. Akibatnya kami bertengkar hebat sampai anak-anak merasa takut.
Akhir pekan anak perempuan kami izin untuk main dengan bestinya ke mall, tapi sendiri saja, jadi tidak minta ditemani. Papanya setuju tapi dengan syarat hanya main dan makan di mall tidak boleh nonton film di bioskop. Karena kalau mau nonton ayahnya harus tau film apa dan apakah harus didampingi orang tua. Anak kami setuju.
 

Rupanya anak kami tidak hanya pergi dengan bestinya, tapi  beramai-raman dengan temannya yang lain. Dan sesudah makan di mall mereka lanjut nonton film. Karena ramai-ramai dengan temannya anak kami tidak bisa menolak. Akibatnya dia sampai rumah sudah menjelang malam.
 

Sampai rumah suami sudah nunggu dan diintrogasi. Anak kami mengaku ikut nonton film dengan teman-temannya. Ayahnya marah besar. Dia menganggap anaknya tidak jujur dan tidak bisa memegang janji. Anak kami mendapat hukuman: dia tidak boleh sekolah Senin besok.  Anak kami protes, karena hari Senin itu dia ada ulangan. Papanya bertahan.

Saya coba menengahi dengan minta sanksi tidak boleh sekolah dicabut, suami malah marah dan menyuruh saya untuk tidak ikut campur. Kami pun bertengkar. Saya sangat tersinggung ketika dia menuduh saya tidak bisa mendidik anak.

Sekarang saya jadi serba salah, harus bersikap bagaimana dengan anak-anak. Saya mencoba mendidik mereka dengan cara yang saya anggap baik, suami membuyarkan. Anak-anak jadi bingung mau dengar ibunya atau ayahnya.

Mohon saran apa yang harus saya lakukan untuk bisa sejalan dalam mendidik anak dengan suami?

Terimakasih banyak.

Monika R – Malang

SARAN: Terimakasih Anda sudah mempercayai kami untuk memberi saran pada masalah yang sedang Anda hadapi.
Mendidik anak adalah salah satu tugas dan tanggung jawab terberat dan terbesar bagi orangtua. Dan untuk menjadi orangtua yang baik, yang bisa didengarkan omongannya oleh anak-anak, terutama anak-anak usia remaja, juga bukanlah hal mudah.

Kondisi saat ini sudah berbeda dengan zaman orangtua masa kini saat kecil. Dulu perkembangan gadget dan arus informasi tidak sedahsyat sekarang. Jadi tantangan orangtua masa kini, harus ‘satu bahasa’ dengan anak-anak baru mereka mau mendengarkan saran dan nasihat orangtua.
Lalu tantangan Anda bertambah dengan sikap suami yang selalu seperti mematahkan aturan yang Anda coba terapkan ke anak-anak. Suami terlihat ingin menunjukkan dominasinya sebagai seorang suami dan ayah. Ia cenderung ingin didengar dan diikuti perkataannya.

Ini memang pe-er yang cukup berat untuk Anda sebagai istri dan seorang ibu. Namun jangan menyerah. Anggap ini sebagai tantangan. Langkah Anda dengan mencari solusi dari masalah Anda dengan menghubungi kami adalah salah satu cara cerdas Anda.

Saran kami, jangan perbesar masalah perbedaan pendapat dengan suami. Sementara ikuti dan iyakan dulu apa pun aturan main yang dia terapkan kepada anak-anak. Ketika anak-anak mencari dukungan Anda, berusahalah untuk bersikap netral dan dukung suami di depan anak-anak.
 

Jadi usahakan untuk satu suara dengan suami, terutama saat di depan anak-anak. Agar mereka tidak bingung. Karena konsistensi dalam mendidik anak adalah hal yang mutlak. Bila ayahnya menerapkan peraturan yang tujuannya untuk mendidik dan mendisiplinkan anak, usahakan didukung. Kalau perlu Anda jelaskan kepada anak-anak maksud dan tujuan ayahnya adalah demi kebaikan mereka juga.

Namun bukan berarti Anda seterusnya pasif dan ikut saja aturan suami. Usahakan Anda juga terus menambah ilmu  parenting (ketrampilan orangtua dalam mengasuh anak). Baik dengan membaca artikel, buku ataupun ikut seminar. Dengan demikian, bila Anda tidak setuju dengan cara suami mendidik anak, Anda bisa menjelaskan karena memiliki dasar ilmu yang akurat.
 

Anda tentu tahu persis sifat suami Anda. Jadi usahakan untuk mencari saat yang tepat untuk berbicara secara terbuka tentang perlunya satu pendapat dalam mendidik anak.
Usahakan cari cara agar jangan bersikap lebih pintar atau lebih tahu dari suami. Karena bisa jadi suami malah tersinggung dan menganggap Anda sok pintar.
 

Jadi, saat sedang santai, kalau perlu ajak suami ngopi di kafe saat waktu luang tanpa anak-anak, lalu ungkapkan bahwa Anda baru membaca soal cara menjadi orangtua yang mendidik secara menyenangkan untuk anak-anak.

Bisa jadi awalnya dia akan menolak untuk mendengarkan. Kalau terlihat dia kurang suka, segera alihkan pembicaraan ke hal-hal yang netral. Lain waktu ulangi lagi di
kesempatan yang santai dan tidak sedang dengan anak-anak. Diharapkan  dengan cara itu suami bisa menjadi partner hebat Anda dalam mendidik anak-anak. Kuncinya adalah: sabar dan iklas dalam menghadapi suami Anda. Semoga berhasil.***

Foto: Pexels

Baca juga: Menjadi Ortu yang 'Chill' Bagi Generasi 

CURHAT:email majalahwanita8@gmail.com
#bedapendapatcaramendidikanak
#bedapendapatdengansuami
#caramendidikanak
#parenting
#anak
#suami

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *