ORANGTUA SUKA BERTENGKAR
On Januari 28, 2025
CURHAT: Mungkin masalah saya ini terdengar seperti nggak penting banget. Karena dalam perkawinan mana sih yang suami istri tidak pernah bertengkar? Sehingga awalnya saya merasa nggak pede untuk meminta pendapat di majalah ini.
Tapi setelah saya pikir-pikir, kenapa nggak mencari pendapat ahli yang mungkin bisa memberi pandangan yang baik untuk saya saat ini, dan masa depan saya nantinya.
Saya (21) seorang mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi swasta. Selain sebagai mahasiswi saya juga bekerja paruh waktu sebagai agent property.
Saat ini saya masih tinggal dengan kedua orangtua saya. Saya anak pertama dari dua saudara. Adik saya juga wanita dan masih SMU. Ayah kami pensiunan perusahaan swasta sedang Ibu pernah bekerja sebagai sekretaris tapi sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga penuh.
Meski pernikahan orangtua kami sudah seperempat abad, tapi keduanya sering bertengkar. Kadang hanya karena hal-hal kecil membuat mereka saling teriak dan membuat kami anak-anaknya tidak nyaman.
Saya pribadi melihat Ayah maupun Ibu tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing merasa benar. Kalau sudah bertengkar biasanya Ibu menangis di kamar. Saya dan adik merasa kasihan sekali melihatnya. Menurut kami Ibu adalah istri yang kurang dihormati dan dihargai suami. Ayah saya sering melecehkan Ibu dengan kata-kata yang menyakitkan. Intinya Ayah terlalu egois, maunya dimengerti tapi tidak mau mengerti Ibu.
Tidak jarang saya juga adik menyarankan Ibu untuk berpisah saja dari Ayah, karena kami juga tidak tahan kalau melihat Ibu merasa tertekan dan tidak bahagia sepanjang pernikahannya. Tapi Ibu tetap bertahan, ia tidak mau bercerai dengan alasan di keluarga besarnya tidak ada yang bercerai, dan tidak mau merepotkan kami anak-anaknya nanti kalau menikah. Misalnya, siapa nanti yang harus mendampingi di pelaminan kalau orangtua kami berpisah dan masing-masing sudah menikah lagi.
Saya tidak pernah berani menegur Ayah yang sering kasar kepada Ibu, karena Ayah termperamental, baru sedikit saja anaknya bicara (protes) dia sudah marah besar dan membuat kami anak-anaknya takut. Jadi kalau Ayah dan Ibu bertengkar, saya dan adik hanya bersembunyi sambil ketakutan di kamar dan berdoa-doa agar emosi mereka segera mereda dan tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Melihat pernikahan orangtua kami yang kurang harmonis, membuat saya agak takut menghadapi perkawinan. Saya khawatir kisah hidup Ibu saya akan terjadi pada saya. Saya tidak ingin masuk dalam pernikahan yang tidak bahagia, yang membuat saya menderita lahir dan batin.
Saya sampai saat ini masih belum tertarik untuk menjalin hubungan asmara, meski ada beberapa teman pria berusaha mendekati saya. Saya merasa belum siap. Bagi saya pertengkaran kedua orangtua saya membuat saya trauma: tidak dihargai oleh suami adalah sebuah penderitaan yang tidak terkira.
Mohon saran, bagaimana cara saya bersikap ketika kedua orangtua saya berengkar, apakah kami anak-anaknya berhak untuk mendamaikan?
Dan bagimana menghilangkan trauma dalam diri saya tentang pernikahan? Karena saya juga tidak ingin hidup sendiri terus sampai tua.
Mohon bantuannya. Terimakasih banyak.
Devi – Semarang
SARAN: Sikap Anda sudah benar untuk berusaha mencari bantuan atas masalah yang Anda hadapi.
Kondisi pernikahan kedua orangtua Anda mungkin tidak seburuk yang Anda bayangkan. Karena benar seperti yang Anda katakana, suami istri mana sih yang tidak pernah bertengkar. Terbukti juga pernikahan kedua orangtua Anda bisa bertahan hingga 25 tahun.
Namun mungkin yang perlu dipahami, masing-masing rumah tangga ada saja ujiannya. Dan masing-masing pasangan berbeda gaya berkomunikasinya.
Bisa jadi gaya komunikasi orangtua Anda adalah dengan cara penuh emosi, nada tinggi dan kadang saling meremehkan. Walaupun itu sangat tidak baik bagi kesehatan sebuah hubungan, tapi tidak sedikit keluarga yang demikian.
Sangat bisa dimengerti sebagai anak Anda merasa tidak berdaya, mengingat ayah Anda tipikal pria emosional. Namun sebagaimana pemarahnya seorang ayah ada momen yang mungkin dia tidak akan marah kepada anaknya. Misalnya, saat dia sedang ulangtahun, saat dia sedang sakit, saat dia sedang mendapat berita gembira atau kesuksesan.
Nah di momen itu mungkin sebagai anak sulung, Anda bisa bicara sedikit dengan ayah Anda. Misalnya, betapa bangganya Anda kepada beliau. Sebagai ayah beliau penuh tanggung jawab. Cuma yang kadang bikin Anda takut adalah saat Ayah marah, terutama marah ke Ibu. Tidak perlu Anda membela Ibu dalam percakapan itu, karena bisa jadi dia akan merasa Anda berpihak kepada Ibu.
Tapi dengan bicara seperti itu diharapkan dia akan mengurangi sifat emosionalnya. Jadi berkurang frekwensi marahnya dan bertengkar dengan Ibu Anda.
Soal trauma bisa jadi hal itu menghinggapi Anda mengingat bertahun-tahun kondisi ini Anda alami. Namun Anda jangan melihat pernikahan orangtua Anda sebagai satu-satunya gambaran pernikahan yang ada di dunia ini. Cobalah lihat di sekitar Anda. Pastilah ada pernihahan yang harmonis, pasangan yang saling mencintai dan menghargai.
Bila Anda melihat sifat Ayah Anda yang emosional dan mau menang sendiri, jadikan itu sebagai acuan dalam Anda memilih pasangan. Usahakan untuk mengenai calon pasangan hidup Anda dengan baik. Cari tahu bagaimana cara dia bergaul dalam keluarga, di lingkungan kampus hingga di tempat kerjanya. Dengan demikian Anda memiliki referensi yang cukup untuk tahu bagaimana sikap dia sehari-hari dan bagaimana dia kalau sedang ada masalah dan dalam tekanan.
Selain itu, coba bicara baik-baik dengan Ayah juga dengan Ibu tentang rasa tidak nyaman saat mereka sedang bertengkar, bersikaplah sebagai anak yang memperlihatkan kasih sayang kepada kedua orangtua Anda.
Mereka berdua sudah beranjak tua, tentu kadang banyak sikap atau prilaku mereka yang kadang menjengkelkan. Bahkan kadang sudah seperti anak kecil, mau menang sendiri. Cobalah pahami. Beri mereka perhatian dan sesekali ajak mereka berdua atau salah satu (bergantian) untuk ngobrol di luar rumah dengan santai. Ngobrol tentang masa depan Anda dan harapan-harapan Anda saat sudah berumah tangga nanti.
Semoga dengan menyayangi mereka berdua, suasana keluarga Anda lebih adem dan nyaman. Tentu jangan lupa untuk mendoakan mereka agar diberi ketenangan dan kedamaian hati, juga doa untuk diri sendiri agar diberi pasangan yang membuat Anda nyaman dan bahagia. Tetap semangat!***
Foto ilustrasi: Timur Weber/Pexels
Baca juga: Orangtua Bercerai Anaknya Kemungkinan Besar Juga Bercerai?
#orangtuasukabertengkar
#masalahorangtua
#kehidupanberkeluarga
#traumakeluarga
#rumahtangga
#pertengkaran
#orangtua