HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

INGIN ANAK GEMAR KOMPETISI

CURHAT: Saya ibu 2 orang anak laki-laki. Yang pertama kelas 1 SMP dan yang kedua kelas 4 SD.

Saya bersyukur anak-anak kami cerdas dan rajin belajar. Nilai raport mereka selalu baik.

Namun yang menjadi pikiran saya saat ini adalah sikap anak tertua kami, dia cerdas tapi malas untuk ikut kompetisi. Beberapa kali dia mendapat tawaran dari sekolahnya untuk mengikuti lomba, seperti: lomba pidato, lomba debat dan lomba cerdas cermat, tapi selalu menolak untuk ikut.
Alasan dia: gak mau bersaing, karena dia nggak yakin bisa menang. Jadi daripada kecewa karena nggak menang, dia memilih untuk tidak ikut lomba.

Saya kecewa sekali dengan sikap dan pemikirannya itu. Karena bagaimanapun dia harus berkompetisi untuk meraih masa depan yang menjanjikan.
Sudah sering saya ajak bicara anak tertua kami itu, agar dia mau ikut lomba. Karena itu bisa menjadi menambah pengalaman juga menambah rasa percaya diri. Tapi dia tetap bertahan dengan sikapnya.

Terus terang saya sangat khawatir dengan masa depannya. Sekarang apa pun kita harus berkompetisi, kalau dia tidak terbiasa, bisa jadi dia selalu menjadi orang yang tersingkir.

Mohon saran apa yang harus saya dan suami lakukan untuk membuat anak menjadi lebih percaya diri mengikuti lomba-lomba.

Terimakasih banyak atas bantuannya.

Miyana - Tangsel


SARAN:
Kami terus terang salut dengan pola asuh Anda. Sejak dini Anda ingin mengajarkan kepada anak-anak Anda tentang pentingnya berkompetisi. Karena memang sepanjang kehidupan kita mau tak mau kita harus menjalani kompetisi.
Mengenai masalah anak Anda yang malas atau enggan ikut kompetisi, adalah salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para orangtua.

Terbayang rasa jengkel dan gemasnya Anda pada si sulung yang selalu menolak untuk ikut lomba, padahal kemampuan dan kesempatan ada di depan mata.
Sebagai orangtua kita memang wajib membimbing atau mengarahkan anak yang kurang termotivasi untuk berkompetisi, agar lebih berminat untuk ikut lomba. Ia diarahkan untuk menggali potensi dirinya melalui ajang kompetisi yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
 

Sebaliknya, jangan terlalu tinggi juga minat kompetisinya, sehingga selalu melihat teman atau anak lain sebagai kompetitor. Ini membahayakan dirinya, karena dikhawatirkan di masa depan dia sulit  merasa bahagia dan kurang tulus dalam hubungan dengan orang lain.

Jalan tengahnya adalah dengan senantiasa mendorong anak untuk menjadikan teman yang berprestasi sebagai inspirasinya.
Tidak perlu membandingkan anak yang berprestasi dengan dirinya yang tidak berprestasi. Karena bisa jadi hal itu malah membuat dia merasa rendah diri.

Sebaiknya beri pengertian bahwa akan senang bila bisa menggunakan waktu dan kesempatan secara maksimal, yakni dengan mengikuti beragam lomba yang sesuai dengan kemampuannya. Soal kalah atau menang bukan masalah. Yang terpenting adalah mendapat pengalaman dan wawasan, yang nantinya sangat bermanfaat di masa depan.

Ingatkan juga jauh lebih baik kalah dalam mengikuti lomba, karena sudah berani mencoba, ketimbang tidak mengikuti lomba sama sekali, yang artinya tidak memiliki pengalaman apa pun.

Namun jika anak Anda tetap tidak bersedia ikut kompetisi, tidak perlu dipaksa. Cukup arahkan dia untuk selalu berusaha semaksimal mungkin dalam segala hal. Jangan gampang menyerah dan cepat berpuas diri.
 

Bila dia sudah memiliki dasar pemikiran seperti itu, Anda tak perlu cemas lagi. Karena sebetulnya dia sudah berkompetisi dalam berbagai hal, meski tidak dalam ajang lomba yang resmi.***

Baca juga: Menjadi Ortu 'Chill' bagi Generasi Z

Baca juga: Anak Mogok Sekolah

Baca juga: Bagaimana Agar Gadis Kecilku Pede dan Periang? 

Foto:Anna Shvets/Pexels

CURHAT:majalahwanita8@gmail.com

#anakmalaskompetisi
#anakdankompetisi
#semangatkompetisi
#kompetisianak
#jiwakompetisi
#kompetisi
#anak

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *