HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

SAHABAT MASA KECIL SAAT SUSAH DIBANTU, SETELAH SUKSES LUPA

CURHAT: Saya sebetulnya sudah berusaha menyimpan masalah saya ini sendiri. Namun setelah saya pikIr-pikir, mungkin ada juga teman-teman di luar sana yang memiliki pengalaman seperti saya. 

Dan tentu ingin tahu juga bagaimana sebaiknya bersikap bila kekebetulan memiliki sahabat yang demikian. 

Saya ibu rumah tangga dengan 2 orang anak usia remaja. 

Saat SMA saya punya seorang teman sekelas, juga perempuan, yang maaf, berpenampilan sangat sederhana. Tidak seperti saya yang hanya berjalan kaki ke sekolah, dia harus naik kendaraan umum sekitar 30 menit ke sekolah. Seringkali dia terlambat sampai di sekolah. 

Orangtuanya berjualan sayur di pasar di dekat rumahnya. Sebelum berangkat ke sekolah dia membantu orangtuanya di pasar untuk menyusun sayur yang akan dijual. Kadang sampai sekolah dia kelihatan capek dan penampilannya kucel. 

Saya sering iba melihat dia karena tidak ada teman yang peduli dengan dia, sehingga selalu menyendiri. Sesekali saya ajak ngobrol. Akhirnya kami jadi teman bahkan bisa dibilang sahabat. 

Ketika naik kelas tiga SMA dia minta tolong ke saya untuk mengajari matematika, karena untuk pelajaran itu nilainya selalu buruk. Sementara dia tahu saya paling suka pelajaran satu itu. 

Saya setuju dan persilakan dia datang ke rumah saya setelah pulang sekolah, kapan dia sempat. Dia bilang tidak bisa, pulang sekolah di rumah dia harus menemani adik-adiknya yang masih kecil-kecil, karena kedua orangtuanya jualan di pasar. 

Akhirnya saya putuskan untuk mengajari dia saat jam istirahat. Jadi setiap hari, saat istirahat kami ke kantin, saya ajak dia jajan sambil saya ajari cara mengerjakan matematika. Awalnya dia sulit sekali mengerti, setelah beberapa kali baru dia paham. 

Dan menjelang ujian akhir, setelah minta izin kepada orangtua saya, saya mengajak dia untuk tinggal di rumah kami selama ujian berlangsung, supaya dia tidak terlambat sampai sekolah dan bisa lebih fokus mengerjakan ujian. 

Selama di rumah kami dia senang sekali, karena di rumah kami ada pembantu yang rajin menawari dia mau makan dan minum apa. Dia sering kali bilang, senang sekali hidup saya, karena tidak harus capek jualan di pasar dan mengurus adik-adik seperti dia. Saya hanya senyum saja menanggapinya. Kebetulan saya anak bungsu dari 2 bersaudara. 

Singkat cerita, berkat bimbingan saya di pelajaran matematika dia pun mendapat nilai bagus di ijazah. Dan setamat SMA dia ingin masuk sebuah akademi yang ada beasiswa. 

Untuk bisa lolos ujian masuk, dia kembali minta saya ajari matermatika dan beberapa pelajaran lain yang akan diujikan. Dengan senang hati saya bantu dia latihan mengerjakan soal-soal. Hingga akhirnya dia berhasil diterima di akademi tersebut. 

Setelah tamat SMA kami berpisah, saya kuliah dan bekerja di Jakarta sedang dia kuliah dan bekerja di daerah. 

Beberapa tahun lalu kami bertemu kembali di medsos. Dia diajak bergabung di grup WA teman-teman SMA. Kabarnya, dia sudah menjadi pejabat di daerah begitu juga suaminya. 

Sampai suatu saat, keluarga kami mendapat ujian berat. Suami saya kena PHK dan saya keluar kerja karena harus membantu bisnis suami yang sedang dirintis. Namun usaha kami kurang berhasil. Kami terlilit utang yang cukup besar. Kami sampai berniat menjual rumah yang kami tempati untuk membayar utang dan biaya hidup sehari-hari. 

Saat sedang sulit itu saya teringat sahabat saya itu. Saya beranikan diri untuk menghubungi dia, siapa tahu dia bisa membantu memberi jalan keluar untuk masalah kami. Dia menjawab WA saya dan dia mengajak bertemu, kebetulan dia akan berkunjung ke Jakarta. Akhirnya kami bertemu di sebuah kafe di Jakarta dan ngobrol seru. 

Sebelum berpisah saya menceritakan masalah keuangan kami yang sedang sulit dan menyampaikan niat kami menjual rumah. Namun sebelum menjual rumah, saya minta tolong pinjam uang ke dia dengan jaminan serfikat rumah kami. Jumlah uang yang saya pinjam jauh lebih sedikit dari harga jual rumah kami. 

Dia hanya diam dan bilang maaf sekali tidak bisa membantu, karena saat ini sedang membangun rumah untuk anaknya. Selain itu juga dia bilang tidak memiliki uang ‘nganggur’ karena semua dana yang dia miliki dalam bentuk investasi. 

Setelah mengatakan itu dia langsung pamit dan mengatakan masih ada acara yang menunggu dia. Sejak itu saya tidak pernah menghubungi dia lagi. Dia pun tidak berusaha menghubungi saya. 

Sungguh kecewa sekali saya dengan sikapnya itu. Dia seperti tidak ingat sama sekali saya dulu pernah membantu dia disaat dia sedang masa sulit. 

Syukurnya masalah keuangan kami pelan-pelan bisa teratasi. 

Namun demikian, rasa kecewa dan marah saya kepada teman ini sulit dihilangkan dari perasaan saya. Kadang saya sampai menangis, kok dia setega itu kepada saya. Sesekali datang rasa penyesalan saya dulu pernah membantu dia. Kalau tidak saya bantu, mungkin dia tidak akan sesukses seperti sekarang ini. 

Pertanyaan saya, bagaimana saya harus bersikap kepada teman saya itu? apakah saya perlu melupakan dan mencoret dia sebagai teman? 

Ditungggu sarannya. Terima kasih banyak. 

Enda – Jakarta Timur 

SARAN:Betul sekali pemikiran Anda, bahwa masalah yang sedang Anda hadapi ini banyak juga dialami oleh orang lain. 

Namun seperti sikap Anda selama ini, mereka umumnya membiarkan masalah ini dan menyimpannya dalam hati. Rasa marah, sakit hati, kecewa, dendam dan beragam perasaan negatif lainnya, bila disimpan dalam waktu lama bukan tidak mungkin berubah menjadi penyakit fisik. 

Langkah Anda sudah benar dengan menceritakan masalah Anda dan mencari jalan keluar. Terus terang kami sangat salut dengan sikap manis Anda kepada teman yang terbilang kurang ‘dianggap’ oleh teman lain. 

Sikap baik Anda itu tentu tak akan dilupakan oleh teman Anda. Lalu mengapa dia tidak mau membantu Anda saat Anda sedang menghadapi masalah? 

Satu hal yang perlu Anda ketahui adalah tidak semua orang memiliki pemikiran dan sifat yang sama dengan Anda. Anda datang dari keluarga berada, namun memiliki sifat yang sangat positif: ramah, lapang hati dan tidak membedakan teman berdasarkan status sosialnya. Bisa jadi itu adalah didikan dari orangtua Anda. 

Namun sayangnya, tidak semua orangtua ‘ingat’ untuk mendidik anaknya dengan nilai-nilai yang baik. Karena kesibukan, tekanan ekonomi yang tidak kunjung membaik, juga kurangnya wawasan membuat orangtua kadang ‘lupa’ untuk mengingatkan anak-anaknya agar bersikap baik kepada sesama, membantu keluarga, kerabat ataupun teman yang sedang menghadapi kesulitan. 

Sekecil apa pun bantuan itu tak masalah, setidaknya meringankan sedikit penderitaan mereka. 

Saran kami, anggaplah apa yang sudah Anda berikan kepada teman lama Anda tersebut sebagai pengalaman hidup terbaik Anda. Dengan kemampuan yang Anda miliki saat itu, Anda berhasil membantu teman Anda meraih cita-citanya. 

Lalu iklaskan hal tersebut, dengan tidak berharap ia akan membalas apa yang sudah Anda berikan waktu itu. Karena memang tidak semua orang memiliki ‘misi’ seperti Anda: senang membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. 

Jadi, jangankan membantu teman yang kesulitan tanpa diminta seperti Anda pernah lakukan, bahkan membalas kebaikan teman yang pernah membantu dia pun dia tidak mampu atau tepatnya tidak mau. 

Bersihkan hati Anda dari rasa sakit hati, kecewa dan sebaginya. Ganti dengan rasa bersyukur Anda memiliki sifat baik sehingga membuat teman yang dulu hidup sulit, secara ekonomi, sekarang bisa hidup mapan bersama keluarganya. 

Tidak perlu Anda memblock atau menghapus dia dari pertemanan Anda. Tetaplah berteman seperti biasa.

Bila teman tersebut pamer atau flexing apa yang dia miliki saat ini?  

Tidak perlu merasa kesal atau sebal, lebih baik ikut merasa senang karena sekarang dia sudah bisa hidup nyaman, seperti keinginan yang pernah dia ungkapkan kepada Anda saat menginap di rumah Anda dulu. 

Betapa tanpa Anda sadari, Anda sudah membantu mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. 

Percayalah bila Anda menghadapi kesulitan, akan ada saja jalan keluar entah dari arah mana, bisa jadi dari arah yang tidak pernah Anda duga. 

Jadi, tetaplah pertahankan sikap positif Anda dan usahakan ditularkan kepada anak-anak Anda:  ringan membantu siapa saja yang sedang menghadapi kesulitan. Dengan catatan: jangan berharap balasan apapun dari dia yang pernah dibantu. 

Karena sesungguhnya, ketika Anda membantu seseorang,  berarti Anda sedang membantu diri sendiri.***

Foto ilustrasi: Pixabay

CURHAT:majalahwanita8@gmail.com

#temanpernahdibantutiakmaubantu
#bantutemanyangkesulitan
#bantuteman
#teman
#bantu

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *