HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

SERUMAH DENGAN TEMAN SUKA MENGELUH

 

CURHAT: Saya seorang mahasiswi  dari Sumatra yang sedang mengikuti kerja praktek di perusahaan di Jakarta selama 3 bulan.

Beruntung sekali ada seorang kakak kelas saat SMA yang tinggal di Jakarta dan  punya sebuah apartemen dekat kantor tempat saya kerja praktek. Dia menawari saya untuk tinggal dengan dia, karena kebetulan apatemennya ada 2 kamar.

Dia bilang tak perlu membayar apa-apa, karena saya kan masih mahasiwa, belum punya penghasilan.

Saya bersyukur sekali dapat kemudahan ini. Dengan senang hati saya pun menerima tawarannya.

Awalnya semua berjalan baik. Kami saling kerjasama membersihkan apartemen dan kadang-kadang memasak. Kadang dia WFH kadang WFO. Begitu juga saya, meski masih kerja praktek tapi juga kadang WFH dan WFO. Di saat waktu senggang kami mengobrol.

Setelah hampir satu bulan ini tinggal bersama, saya mulai merasakan kurang nyaman saat mengobrol dengan teman saya ini. Dia cenderung melihat segala hal dengan kacamata negatif.

Apapun topik pembicaraan selalu dia tarik ke arah negatif. Misalnya, lift apartemen ada yang macet, maka dia akan bilang: ini pengelola mau ambil untung aja, harusnya kan lift diservis secara rutin.

Belum lagi kalau dia menelepon teman kantor atau keluarganya di Sumatra dan tidak diangkat, dia akan mengomel panjang lebar. Begitu juga kalau dia menghadapi masalah sedikit saja, beragam keluhan bahwa dirinya tidak pernah mendapat kemudahan, selalu diberi hambatan dan tidak pernah beruntung.

Pernah saya coba menanggapi dengan mengatakan bahwa dia beruntung sekali punya kerjaan bagus, punya aparteman nyaman dan sebagainya.

Tak terduga dia malah makin mengeluhkan kehidupannya yang tidak bahagia. Dia cerita beragam masalah dalam keluarga dan pekerjaannya.

Setelah itu saya jadi tidak berani menanggapi lagi keluhannya. Saya dengarkan saja sampai dia berhenti sendiri.

Terus terang saya merasa beruntung dapat tempat tinggal nyaman dan dekat kantor selama di Jakarta, tapi menghadapi sikap teman yang selalu negatif dan suka mengeluh itu, membuat saya stres.

Kalau dia sedang di apartemen saya kadang menghindar dengan tinggal di kamar lama-lama. Tapi kadang suaranya cukup keras saat mengelun, misalnya mengeluhkan hujan yang tiba-tiba datang, AC yang tidak begitu dingin dan sebagainya.

Perasaan kurang nyaman saya ini selama ini hanya saya simpan sendiri, tapi saya lama-lama merasa stres.

Mau pindah tidak enak hati, nanti dia pasti bertanya alasan saya mau pindah.  Apalagi kerja praktek saya tinggal 2 bulan lagi.

Apa yang bisa saya lakukan untuk menghadapi teman seperti ini? Apakah saya perlu menyampaikan keberatan saya atas sikapnya? Tapi apa dia tidak tersinggung? Adakah cara yang baik untuk menanggapi keluhannya dan membuat dia berkurang mengeluh?

Saya tunggu sekali sarannya. Terimakasih banyak.

Dini – Jakarta

SARAN: Manusia memang memiliki beragam gaya dalam menyikapi hidupnya. Contohnya Anda dan teman ini. Dari penuturan Anda, sekilas saja bisa terlihat Anda tampaknya selalu berusaha bersyukur sementara dia lebih suka mengeluh.

Seperti pengakuan teman Anda itu, bahwa ia memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Tekanan batin yang dia rasakan berat. Dan tampaknya dengan mengeluh dia merasa lega. Saat mengeluarkan keluhannya itu, dia seperti mengeluarkan beban hidupnya. Membuat tekanan batinnya berkurang.

Namun masalahnya, orang yang mendengar keluhannya yang merasa terbebani. Karena menampung keluhan, ucapan-ucapan negatifnya dan harus disimpan sendiri.

Berteman dengan orang yang suka mengeluh seperti berteman dengan orang yang suka merokok, sementara kita sendiri tidak merokok. Jadi kita seperti menjadi perokok pasif. Saat dia mengeluh, seperti orang yang mengeluarkan asap rokok dan menghembusakan langsung ke wajah Anda.

Sangat menjengkelkan dan sangat berbahaya untuk kesehatan. Dan karena yang dihembuskan adalah berupa keluhan, maka yang terancam adalah kesehatan mental Anda, itulah sebabnya Anda merasa stres.

Dan dia tidak tahu bahwa akibat kebiasaannya mengeluh itu sudah merugikan orang lain.

Lalu apa yang sebaiknya Anda lakukan? Karena selama ini Anda pernah mencoba mengarahkan dia untuk mensyukuri apa yang dia punya, tapi dia malah makin ngegas mengeluhnya.

Coba ambil hikmah mengapa Anda bisa dapat tempat kerja praktek di lokasi yang dekat dengan tempat tinggal teman itu? Dan Anda bisa tinggal di apartemennya secara gratis?

Selain merupakan rezeki Anda, mungkin Anda mendapat ‘tugas’ dari Sang Pencipta, untuk membantu teman tersebut.

Jadi saran kami, terima kesempatan Anda tinggal dengan teman itu sebagai sebuah paket keberuntungan sekaligus kesempatan Anda membantu dia.

Lapangkan pikiran dan hati Anda untuk menerima segala keluhannya. Supaya tidak bertumpuk menjadi toksit dalam batin Anda, iklaskan bahwa Anda siap membantu semampu Anda.

Saat dia mengeluh dengarkan dengan baik dengan sikap empati. Setelah selesai, tepuk bahunya sambil mengatakan: Kamu hebat selama ini bisa menghadapi semua masalah dengan tegar. Saya salut sama kamu!

Anda bisa menanggapi keluhannya dengan, misalnya memberi contoh orang yang tadinya menghapi banyak masalah dalam hidupnya, setelah berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, bergabunng dengan komunitas yang dia minati, akhirnya jadi lebih bahagia.

Mungkin awalnya dia tidak akan terlalu menanggapi cerita Anda, tapi jangan putus asa. Kebiasaan  yang sudah mendarah daging, tidak mudah untuk diubah. Apalagi kalau dia sendiri tidak ingin mengubahnya.

Teruslah tanggapi apapun yang dia keluhkan dengan hal-hal positif. Kalau dia mulai bicara hal yang negatif segera belokkan dengan cerita-cerita yang positif dan menyenangkan.

Begitu juga kalau dia mulai mengeluh, cari hal positif dari dirinya. Lalu bilang, misalnya, “Eh kamu tuh jago banget  masak ya. Semua masakan kamu enak. Kenapa kamu gak bikin konten masak di Youtube, pasti seru lho.”

Dengan Anda berempati pada apa yang dia hadapi dan menanggapi dengan cara yang lebih mengarahkan ke hal positif, semoga pelan-pelan teman Anda akan berubah.

Pelan-pelan bantu dia untuk bisa melihat kehidupan dengan kacamata positif. Dengan memberi contoh bagaimana Anda menghadapi masalah. Semua masalah hadapi dengan tenang dan sabar serta fokus untuk mencari solusi.

Tidak perlu mengeluh, karena mengeluh hanya akan membuat masalah menjadi lebih rumit. Mengeluh seperti menarik diri kita pada kubangan yang pekat dan gelap. Membuat kita terus terlilit masalah dan sulit merasa bahagia.

Tunjukkan bagaimana nyamannya kalau kita pandai bersyukur dan berpikir positif. Selain hidup terasa lebih ringan dan bahagia, apa pun masalah yang datang selalu ada saja jalan keluarnya.

Terimalah ‘tugas mulia’ Anda  ini dengan iklas dan sabar sehingga memberi nilai positif untuk kehidupan Anda dan teman Anda itu.***

Foto ilustrasi: Unsplash

#temansukamengeluh

#temanselalunegatif

#sukamengeluh

#berpikirnegatif

#membantuteman

#temanbermasalah

#mengeluh

#negatif

#solusi

CURHAT:majalahwanita8@gmail.com

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *