CURHAT: Saya nggak tahu apakah permasalahan saya ini hanya saya yang mengalami atau ada juga yang sama persoalannya seperti saya.
Saya ibu rumah tangga dengan 3 orang anak laki-laki usia SMP dan SD. Suami
saya seorang pegawai swasta dibidang keuangan.
Sejak pandemi, suami saya lebih banyak bekerja di rumah daripada ke kantor.
Dia memang tidak memiliki ruangan kerja khusus di rumah. Jadi kalau sedang
bekerja, dia duduk di ruang makan atau di ruang keluarga.
Saya perhatikan dalam satu hari dia bekerja hanya beberapa jam di pagi hari
dan beberapa jam di sore hari. Hal itu terlihat saat dia bekerja selalu dengan
laptopnya dan berbicara di telepon
dengan atasan atau orang di kantor.
Selebihnya suami saya lebih banyak bersantai sambil memegang HP. Suatu kali
saya tak sengaja lihat, ternyata dia sedang asyik melihat FB. Dilain waktu
sedang melihat-lihat IG dan Twitter.
Ketika saya iseng bilang: Wah santai ya bisa main medsos? Dia tiba-tiba seperti
tersinggung dan menjawab, “Saya lagi kerja, bukan main medsos,: sahutnya sambil
menutup HPnya.
Saya kaget juga dengan cara dia menjawab. Seperti orang yang ketangkap
basah dan spontan membela diri.
Saya sebetulnya tidak masalah dia bermain medsos. Walaupun saya sendiri kurang suka bermedsos
ria, karena saya merasa di medsos hanya ajang pamer, sedangkan saya merasa
tidak punya hal yang bisa dipamerkan.
Selain itu waktu saya juga sudah tersita untuk mengurus rumah dan keperluan
suami dan tiga anak. Karena kami memang tidak memiliki ART, sehingga semua
pekerjaan rumah tangga saya kerjakan sendiri.
Yang saya kurang suka, suami saya begitu asyik dengan HP nya, sehingga
makin jarang mengajak saya juga anak-anak untuk mengobrol. Kadang saya lihat
dia senyum-senyum bahkan tertawa sambil melihat ke HP nya.
Padahal saat masih kerja di kantor, pulang dari kantor dia selalu
menyempatkan untuk bermain dengan anak-anak atau ngorbol dengan saya. Sekarang
seperti sudah cuek. Sosoknya hadir tapi hatinya seperti sudah tidak ada di
antara kami.
Karena anak kami semua sekarang PJJ (sekolah di rumah secara online) jadi
saya sesekali meminta suami untuk dampingi anak yang sedang sekolah, sementara
saya beberes atau memasak.
Dengan tegas dia jawab, “Saya kan sedang bekerja. Saya ngantor ini, walau
di rumah,” jawabnya.
Saya kaget sendiri mendengar jawabannya. Seakan dia yang sibuk sendiri,
sedang saya yang harus total mengurus
rumah dan suami juga anak-anak, tidak boleh mengganggu dia.
Kadang saya merasa sedih dan kecewa dengan sikap suami. Sulit sekali untuk
diminta bantuannya untuk berbagi tugas rumah tangga. Dia betul-betul menganggap
urusan rumah tangga adalah sepenuhnya tugas istri, sedang tugas dia hanya mencari uang, titik. Tidak ada kompromi.
Mohon saran, bagaimana cara mengajak suami untuk mau berbagi pekerjaan
rumah tangga. Juga bagaimana agar dia tidak menghabiskan waktunya dengan
medsosnya itu?
Ditunggu sekali sarannya. Terima kasih banyak.
Inaya - Surabaya
SARAN:Masalah yang Anda hadapi bukan hanya masalah Anda. Ini
adalah masalah umum yang dialami oleh banyak orang di dunia.
Sosial media adalah media daring yang kini digunakan oleh masyarakat dunia
untuk bisa dengan mudah berkomunikasi, berpastisipasi dan berbagi konten dengan
siapa pun dan dimana pun.
Dengan kemudahan yang disediakan oleh aplikasi sosmed seperti FB, IG maupun
twitter juga WA, membuat seseorang merasa memiliki teman. Karena bisa
berkomunikasi, berbagi kisah, berbagi kebahagiaan ataupun kesedihan kepada
mereka yang dia anggap sefrekwensi dengannya.
Masalahnya, suami Anda tampaknya sudah menganggap dunia maya/ online lebih
mengasyikkan ketimbang dunia nyata. Ada ungkapan yang mengatakan: sosmed
membuat orang jauh terasa dekat dan orang dekat menjadi jauh.
Mungkin awalnya dia hanya iseng-iseng disela waktu luang saat istirahat
kerja, dia membuka-buka sosmed, akhirnya menjadi kegiatan rutinnya.
Lalu apa yang sebainya Anda lakukan untuk menarik kembali suami Anda kedunia nyata, untuk mau lagi bercanda dan ngobrol dengan Anda dan anak-anak seperti dulu.
Dengan mulai melandainya pandemi, mungkin inilah kesempatan Anda untuk
mengajak suami dan anak-anak kembali kepada suasana hangat keluarga.
Rancang sebuah rekreasi keluarga ke luar kota, ke alam yang sejuk dan
tenang. Bawa bekal makanan dan camilan. Lalu buat aturan main: selama rekreasi
tidak ada yang boleh memegang HP atau gadget.
Boleh jadi awalnya suami juga anak-anak akan protes. Tapi cobalah berbicara
dengan baik-baik namun tegas, bahwa sejenak meninggalkan HP pasti seru juga. Sesekali
bermain dengan fisik; berlari-larian, loncat-loncat dll. Pasti asyik.
Jaman dulu orang saat belum kenal HP atau permainan online, semua baik-baik
saja. Malah anak-anak jaman dulu lebih sehat dan kuat.
Kalau keluar kota belum memungkinkan, coba bikin permainan: setiap akhir
pekan tidak ada yang pegang HP. Anak-anak harus main tanpa HP dan Mama Papa
juga menemani anak-anak main tanpa pegang HP.
Juga mungkin Anda bisa meminta waktu cuti atau me time seminggu
sekali. Mungkin setiap Sabtu atau Minggu Anda minta beristirahat dari mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Semua digantikan oleh suami dan anak-anak. Dengan
demikian, suami dan anak-anak akan mulai terlibat dengan urusan rumah tangga.
Bila budaya Mama dapat me time diberlakukan dalam keluarga Anda, maka suami dan anak-anak akan terbiasa. Mereka jadi bisa menghargai pekerjaan rumah tangga. Karena mereka merasakan sendiri bagaimana repot dan melelahkannya mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya.
Semoga dengan mulai melakukan kegiatan tanpa HP dan cuti seminggu sekali yang Anda dapatkan, suasana hangat dalam keluarga akan kembali tercipta.
Salam hangat dan sehat untuk Anda sekeluarga.***
Foto: Pexels
#suamiaktifdisosmed
#suamidansosmed
#kecanduansosmed
#sosmeddankeluarga
#sosmed
#keluarga
CURHAT:email majalahwanita8@gmail.com
« Prev Post
Next Post »