HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

MENYIKAPI KAKAK IPAR YANG TERLALU DOMINAN

 

CURHAT: Saya wanita bekerja dengan satu orang anak usia balita. Suami saya memiliki usaha yang kantornya persis di samping rumah kami. Kebetulan rumah keluarga suami memiliki halaman yang cukup luas, jadi atas saran mendiang mertua saat itu, kami membangun rumah dan kantor suami di samping rumah mertua.

Suami adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayah ibu suami sudah tidak ada sejak beberapa tahun lalu. Kakak suami seorang wanita yang belum menikah, dia tinggal di rumah utama yakni ruman mertua saya.

Dia ikut membantu usaha suami. Orangnya agak keras. Kadang dia suka menegur saya kalau halaman rumah saya agak kotor atau tanaman dalam pot bunga kurang terurus. Saya menerima tegurannya dengan lapang hati saja, karena memang itu rumah keluarga mereka, bukan rumah pribadi saya dan suami.

Saya sebelum menikah sudah bekerja sebagai ASN. Kalau saya bekerja, anak kami diasuh oleh ART yang khusus menangani anak kami saja. Sedang urusan memasak dan lainnya ada ART lain yang pulang setelah pekerjaan selesai.

Karena saya bekerja, kakak ipar saya kadang ikut mengawasi anak kami. Saya agak tenang meninggalkan anak di rumah bersama pengasuhnya, karena ada kakak ipar yang membantu mengawasi. Kalau saya sedang libur atau cuti, kakak ipar jarang datang ke rumah kami. Dia bilang tidak mau mengganggu saya.

Namun yang jadi masalah, para ART kami umumnya tidak bisa bertahan lama. Mereka baru beberapa bulan sudah minta keluar. Kalau saya tanya, alasannya beragam. Saya heran. Saya merasa sudah memperlakukan mereka dengan baik. Hak mereka saya berikan secara penuh dan tepat waktu. Bahkan saya anggap sebagai keluarga sendiri. Kalau libur keluar kota atau wiskul selalu kami ajak. Tapi kok mereka tetap tidak betah.

Selama pandemi dan saya mayoritas WFH, baru terbuka misteri. Ternyata karena sikap kakak ipar saya. Saat itu saya sedang bekerja di ruang kerja saya di  rumah, dia mungkin mengira saya sudah ke kantor. Jadi dia datang ke rumah. Kedengaran dia mengatur ini itu kepada ART kami. Karena sedang WFH saya berusaha fokus pada pekerjaan dan mendengarkan saja apa yang kakak ipar saya katakan pada ART.

Ketika ART kami membuat kesalahan kecil, ia memarahi dengan cukup keras. Saya kaget sekali. Oh rupanya begitu cara kakak ipar memperlakukan para ART. Pantas mereka tidak betah.

Sementara selama ini, saya selalu berusaha mengarahkan ART dengan baik tanpa emosi, karena saya sangat menjaga perasaan mereka agar tidak merasa tersinggung dan lalu mengundurkan diri.

.Ketika saya bicarakan hal ini dengan suami, dia menyarankan saya untuk sabar. Karena kakaknya itu adalah pengganti ibunya. Jadi dia merasa apa yang dilakukan kakaknya hanya dengan niat membantu kami. Kalau ART bekerja tidak benar ya harus ditegur.

Karena tidak mendapat dukungan suami, saya pun memutuskan untuk bicara dengan kakak ipar saya secara langsung. Selama ini hubungan kami cukup baik, tapi memang tidak terlalu dekat. Karena dia orangnya agak tertutup.

Saya sampaikan dengan baik-baik keberatan saya tentang cara dia menegur ART, yang membuat mereka takut dan mengundurkan diri. Tidak saya duga reaksinya, dia langsung naik darah dan menunjuk-nunjuk saya. Dia mengatakan saya tidak berterimakasih sudah dibantu.

Saya tidak menyangka reaksinya begitu keras. Dia mengadu ke suami dan suami pun menegur saya. Saya jadi serba salah. Sekarang hubungan kami agak renggang. Dia tidak pernah datang lagi ke rumah kami.  Saya sudah berusaha meminta maaf dengan mengunjungi rumahnya, tapi dia tidak mau menerima saya. Begitu juga saat saya WA dia tidak menjawab.

Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah ini? Saya sekarang memang masih WFH, tapi mungkin bulan depan sudah mulai penuh WFO. ART kami yang sekarang baru pertama kali kerja dan masih muda, saya takut kalau saya kerja ke kantor ia akan mendapat tekanan lagi dari kakak ipar saya.

Mohon saran. Terimakasih banyak.

Ita -  Kendari

SARAN: Memang dilemma wanita bekerja adalah masalah membagi perhatian antara rumah tangga dan pekerjaan kantor. Bila ada support system yang baik maka semuanya akan berjalan baik.

Awalnya Anda merasa nyaman karena menyangka kakak ipar Anda adalah bagian dari support system yang baik untuk Anda. Namun kenyataannya, dia ternyata adalah toxic people yang tidak Anda sadari.

Kesabaran Anda tampaknya sedang diuji. Harus menghadapi kakak ipar yang dominan, suami yang cenderung membela kakaknya serta ART yang bolak balik mengundurkan diri.  

Terbuka misteri mengapa ART Anda selama ini tidak betah sebetulnya sudah menjadi petunjuk bagus untuk Anda. Bisa dimengerti mengapa para ART tidak berani menceritakan secara terbuka mengapa mereka mengundurkan diri. Bisa jadi mereka merasa takut pada kakak ipar Anda. Jadi mereka lebih memilih untuk bungkam.

Sikap dominan kakak ipar Anda bisa dimengerti, karena ia merasa menjadi pengganti orangtua suami Anda. Selain itu, maaf, dengan Anda sekeluarga tinggal di arena tempat tinggal keluarganya, maka ia merasa ‘berhak’ bersikap demikian.

Sebetulnya sikap Anda selama ini menerima dengan sabar perlakukan kakak ipar sudah sangat bijak. Anda tidak memprotes ketika dia menegur Anda saat halaman rumah Anda agak kotor dll.

Tapi ketika ia ikut campur pada urusan rumah tangga Anda, yakni ikut menegur dengan keras ART Anda, tanpa sepengetahuan atau izin Anda, maka dia sudah melewati batas. Anda berhak untuk merasa berkeberatan.

Yang menjadi masalah adalah sikap suami yang masih cenderung berat ke keluarganya. Mungkin dia juga berada di posisi sulit; mau membela kakaknya atau istrinya. Namun karena masih tinggal di rumah keluarga dan kakaknya juga membantu usahanya, maka ia memilih untuk membela kakaknya. Tanpa dia sadari bahwa itu membuat Anda sangat tidak nyaman.

Diharapkan dengan Anda menegur cara ipar bersikap pada ART akan membuat dia lebih berhati-hati.

Anda harus mengajak bicara ART Anda secara khusus. Sampaikan bahwa yang mempekerjakan dia adalah Anda dan suami, jadi majikan dia adalah Anda dan suami. Jadi utamakan hal-hal yang dikatakan Anda dan suami.

Kalau ada orang lain di luar itu yang menegur atau lainnya, sebaiknya tidak harus terlalu didengarkan. Minta ART untuk menyampaikan bila ada hal-hal yang kurang menyenangkan yang mereka terima saat bekerja, agar bisa dicari jalan keluarnya.

Dan satu lagi, bila memungkinkan, pelan-pelan bujuk suami untuk mencari tempat tinggal yang bisa dimiliki secara pribadi. Kalaupun rumah yang Anda dan suami tempati saat ini adalah warisan keluarga, anggap saja sebagai tambahan asset.

Privasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berkeluarga. Bila ada orang lain yang ikut campur dalam keluarga kita, siapa pun itu: mertua, ipar dan sebagainya, akan menjadi toxic dalam rumah tangga Anda.

Usahakan untuk menghindar dari toxic people bila rumah tangga Anda ingin tetap utuh hingga maut memisahkan.***

Foto ilustrasi: Pexels/Liza Summer

#dilemmawanitabekerja

#masalahrumahtangga

#bermasalahdenganipar

#wanitabekerja

#rumahtangga

#kakakipar

#supportsystem

#toxicpeople

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *