HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

TIDAK DIPERCAYA SUAMI UNTUK PEGANG UANG

CURHAT: Saat menulis curhatan ini tanpa terasa air mata saya terus mengalir.  Saya sedih dan merasa tidak berdaya.

Saya tak sengaja menemukan media ini, saat saya sedang mencari-cari solusi untuk masalah yang saya hadapi, saya menemukan artikel yang berkaitan dengan hubungan dengan suami di rubrik Curhat. Jadi saya segera menulis masalah saya ini, dengan harapan penuh agar saya mendapat solusi yang tepat dan membuat saya bersemangat lagi.

Saya ibu rumah tangga dengan satu anak usia 5 tahun. Saya menikah sudah 7 tahun. Sebelum menikah saya bekerja dan tetap bekerja sampai usia anak saya 2 tahun. Saat itu ada adik kandung suami yang baru tamat SMA dan tinggal di rumah kami, jadi ada yang membantu menjaga anak kami di rumah.

Setelah adik ipar kuliah di lain kota, saya masih bertahan bekerja dengan mempekerjakan seorang ART yang juga bisa menjaga anak. Namun baru 3 bulan diasuh ART anak kami sakit-sakitan dan badannya jadi kurus.

Suami menyarankan saya berhenti bekerja agar bisa fokus mengurus anak. Awalnya saya berkeberatan, mengingat penghasilan saya cukup lumayan, sedangkan suami baru membuka usaha dengan temannya, sehingga penghasilannya tidak pasti.

Saya khawatir kondisi ekonomi kami akan memburuk kalau saya berhenti bekerja, selain juga saya tidak terbiasa meminta uang kepada suami.

Tapi mengingat kondisi anak yang kian hari kian menyedihkan, dengan berat hati saya mengundurkan diri dari pekerjaan.

Awalnya semua berjalan baik. Anak menjadi sehat kembali dan keuangan kami baik-baik saja.

Namun ketika pandemi melanda, bisnis suami memburuk. Kondisi keuangan kami morat-marit. Tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, karena kalau saya kembali bekerja anak kami siapa yang mengurus? Semua keluarga tinggal di luar kota.

Yang membuat saya menjadi lebih nelangsa, suami sangat tidak mempercayai keuangan rumah tangga kepada saya.

Jadi, sejak saya tidak bekerja, dia yang belanja kebutuhan rumah tangga. Kalaupun kami sama-sama pergi belanja, dia yang pegang uang. Saya yang memilih belanjaan, dia yang membayar. Kadang sekilas saya lihat pandangan heran pedagang atau pembeli lain pada sikap suami, tapi saya pura-pura tidak tahu. Walau dalam hati sedih.

Saya pernah protes mengapa uang belanja rumah tangga tidak dia kasih saja ke saya biar saya kelola. Dengan santai dia jawab, “Yang tahu jumlah uang kita kan saya, jadi saya yang bisa memperkirakan berapa yang harus dikeluarkan.”

Dia memang tidak pernah memberi tahu berapa penghasilannya. Jadi uang penghasilannya sepenuhnya dia yang pegang.

Boleh dibilang saya sudah puasa total  beli skincare, karena pernah saya minta uang untuk beli bedak, suami marah sampai teriak. Menurut dia, saya tidak memikirkan bagaimana dia bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya kaget dan sedih sekali. Sejak itu saya tidak pernah minta apa pun kepada suami.

Sesekali dia memang memberi saya uang untuk isi dompet, saat saya mau keluar rumah bersama anak. Namun jumlahnya tidak seberapa. Itulah yang saya gunakan untuk membeli keperluan pribadi saya, termasuk bedak.

Menyedihkan sekali hidup saya saat ini. Saya sering lihat status mantan teman-teman kantor, mereka sedang belanja make up, berlibur atau makan di resto mewah dengan teman-temannya. Sedangkan saya, hanya di rumah mengurus rumah tangga dan anak dari waktu ke waktu. Kalau sudah begitu saya hanya bisa menangis diam-diam.

Satu-satunya kemewahan yang ada di rumah kami adalah wifi. Jadi saya bisa mengisi hari-hari saya saat punya waktu luang dengan menonton Youtube. Kadang saya merasa iri dengan ibu-ibu rumah tangga yang bisa membuat konten yang menghasilkan uang cukup banyak.

Sementara saya serba keterbatasan. Mau buat konten masak, peralatan masak saya sudah jelek semua. Dan masakan yang saya bisa masak hanya masakan rumahan yang serba sederhana. Apa mungkin akan menarik?

Saya juga pernah coba memulai bisnis dengan membuat makanan kecil dan saya jual secara online, ternyata tidak laku. Akhirnya saya berhentikan, karena modalnya juga sudah tidak ada.

Mohon saran apa yang sebaiknya saya lakukan untuk membuat saya lebih berdaya? Dan tidak menjadi putus asa karena dari hari ke hari saya merasa hidup saya tidak pernah berubah.

Terimakasih banyak atas sarannya.

Lulina – Jakarta Timur

SARAN:Simpati kami atas apa yang sedang Anda alami. Kami yakin, selain Anda masih banyak wanita-wanita muda seperti Anda yang mengalami pengalaman yang serupa.

Menjadi ibu rumah tangga total dan tidak memiliki penghasilan, memang sebuah tantangan besar bagi seorang wanita yang sebelumnya pernah berkarier atau bekerja.

Bisa memiliki uang sendiri dan membelanjakan sesuai keinginan sendiri, adalah sebuah kondisi yang sangat didambakan semua orang, tidak hanya wanita.

Pukulan telak yang Anda rasakan adalah ketika Anda tidak memiliki penghasilan, lalu suami tidak memberi kepercayaan kepada Anda untuk mengelola keuangan rumah tangga.

Memang masing-masing manusia memiliki sifat dan karakter berbeda. Suami Anda bersikap demikian, ada juga suami yang menyerahkan semua penghasilannya kepada istrinya, dan tidak mau tahu sama sekali bagaimana cara mengelolanya. Saat dia perlu uang baru dia minta kepada isrinya.

Jadi, memang masing-masing rumah tangga berbeda cara pengaturannya dan berbeda pula masalahnya.

Saran kami, daripada Anda menyesali kondisi yang ada, lebih baik mensyukuri dulu apa yang ada di depan mata.

Suami Anda sangat bertanggung jawab pada keluarga. Ia berusaha keras untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Walaupun sedikit dia masih memberi Anda uang saku untuk keperluan pribadi Anda.

Terima, jalani, nikmati dan syukuri saja dulu kondisi Anda saat ini. Bersyukur Anda, suami dan anak sehat. Kebutuhan dasar Anda sekeluarga terpenuhi.

Manfaatkan fasilitas wifi di rumah Anda untuk belajar banyak hal dari Youtube atau medsos yang ada.

Bila Anda iklas menjalaninya, maka Anda tidak akan merasa terbebani. Nikmati kebersamaan Anda dengan anak tercinta. Bisa melihat dan mendampingi saat ia tumbuh kembang adalah karunia yang tak ternilai harganya.

Dan anggap saja Anda juga sedang mempersiapkan diri untuk kembali berkarier. Terus memanfaatkan fasilitas yang ada secara memaksimal. Kumpulkan beragam info, ilmu dan pengalaman orang lain sebagai bekal Anda untuk kembali berkarier suatu saat nanti.  

Yang penting juga Anda ingat, jangan pernah membandingkan kehidupan Anda dengan kehidupan orang lain. Karena masing-masing orang, memiliki masalah atau ujian sendiri dalam hidupnya.

Lebih baik Anda terima  kondisi Anda saat ini sebagai karunia, yang mungkin akan menjadi kenangan indah Anda dan keluarga suatu saat nanti. Ketika anak Anda sudah dewasa, berhasil dalam hidupnya, maka pengorbanan Anda hari ini, tidak akan dia lupakan dan tidak lagi menjadi masalah bagi Anda.

Bahkan mungkin Anda malah bersyukur dan merasa bangga dengan keputusan Anda: memilih mendampingi anak ketimbang terus berkarier, tapi kondisi anak tidak terurus baik.

Hapus air mata Anda. Bangkit dan jalani kehidupan Anda dengan penuh syukur dan keiklasan. Semoga hari-hari selanjutnya menjadi hari-hari yang menyenangkan bagi Anda. Tetap semangat.***

Ilustrasi: Pixabay

Baca juga: 



#tidakdipercayasuami
#wanitadanuang
#keuanganrumahtangga
#masalahrumahtangga
#uangdanrumahtangga
#suamiisri
#keuangan

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *