HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

RUMAH INDAH HADIAH UNTUK KAKAK PEREMPUAN

 

Rumah megah bergaya Eropa yang sudah berusia lebih dari 100 tahun itu, ternyata menyimpan kisah indah. Sebuah ungkapan terimakasih seorang adik laki-laki kepada kakak perempuannya.

Umumnya rumah warisan keluarga di wilayah Minangkabau, berbentuk rumah adat atau biasa disebut dengan Rumah Gadang atau Rumah  Bagonjong, dengan ciri khas atapnya runcing menyerupai tanduk kerbau.

Namun, rumah besar ini tampil beda. Bergaya Eropa (tepatnya Spanyol) dengan pilar-pilar kokoh, desain melengkung dan lantai berandanya berjenjang, jendelanya juga besar-besar dan lebar.

Tetap terawat meski sudah berusia satu abad lebih
Setiap orang yang baru pertama kali melihat rumah itu, pasti akan terkesima. Mereka akan berhenti sejenak, memandangi dengan rupa kagum pada bangunan rumah klasik yang masih kokoh dan terawat baik. Halamannya yang  luas hijau asri oleh tanaman sayuran dan jeruk.

Bagaimana mungkin di sebuah desa kecil di lereng Gunung Marapi, berdiri megah sebuah rumah indah bergaya Eropa? Adakah kisah di balik bangunan kokoh itu?

Ternyata, ada kisah indah kecintaan dan terimakasih seorang adik laki-laki kepada kakak perempuan yang sudah membantunya.

Berikut kisah singkatnya.

Nagari Batupalano

Rumah megah di lereng gunung Marapi. (Foto: Wenny)
Rumah itu berada di desa atau nagari Batupalano. Sebuah desa yang berada di kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat.

Desa yang persis berada di lereng gunung Marapi ini, memiliki udara yang amat sejuk, karena berada sekitar 1.400 m di atas permukaan laut. Untuk menggambarkan betapa sejuk udara di desa itu, minyak goreng jarang dalam kondisi cair, lebih sering beku seperti mentega, karena udaranya yang super dingin.

Di mana posisi tepatnya Batupalano? Bila berkendara dari Padang Panjang menuju Bukittinggi akan melalui Koto Baru. Nah di Koto Baru ada jalan belok ke kanan, persis setelah stasiun KA lama atau sebelum talago,  maka disitulah letak nagari Batupalano.

Batupalano nagari yang indah dan memiliki beragam obyek wisata alam. Dalam perjalanan dari Koto Baru menuju Batupalano,  kita akan disuguhi pemandangan yang memanjakan mata. Birunya Gunung Marapi dan hijaunya hamparan kebun sayuran. Ditambah kemilau air telaga yang dikelilingi oleh hamparan sawah dan ladang sayuran khas daerah berhawa sejuk.  

Rumah Demang

Masyarakat sekitar mengenalnya sebagai Rumah Demang
Rumah besar bercat putih dan beratap merah itu masih berdiri tegak dan terawat baik, meski usianya sudah lebih dari 1 abad. Dibangun sekitar  tahun 1917.

Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Rumah Demang.

Memang benar, karena yang membangun rumah indah itu adalah seorang tokoh Minangkabau: Demang Loetan Datuk Rangkayo Maharadjo (1844-1941). Beliau adalah seorang pejabat bumiputra asal Minangkabau yang disebut sebagai tokoh ‘elit modern’ Minangkabau.

Selain sebagai pejabat yakni sebagai Kepala Demang, Demang Loetan juga seorang Datuk, yang memiliki otoritas di bidang adat Minangkabau.

Sewaktu menjabat sebagai Demang Batang Hari, seperti dikutip dari buku Demang Loetan Sang Politisi Volksraad Dari Lereng Marapi, beliau terpilih sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili utusan Minangkabau.

Kisah hidup Demang Loetan terekam dalam buku ini, hingga para cucu cicit kemenakan  tetap bisa terinspirasi semangat pantang menyerah beliau.
Sebelum menjadi pejabat, Demang Loetan berjuang keras mencari jalan untuk menuntut ilmu secara otodikdak.

Pada masa itu sangat sulit bagi anak desa yang tidak memiliki jalur ke pendidikan formal untuk bisa bersekolah. Pemerintah penjajahan Belanda kala itu, sangat selektif dalam memberikan pendidikan pada pribumi.

Loetan tidak menyerah. Ia mencari akal bagaimana agar  bisa belajar membaca dan menulis serta menguasai bahasa Belanda. Loetan kecil mencari tahu bagaimana caranya bisa mengambil kursus privat langsung dengan orang bule Belanda.

Dibantu kakak perempuan

Suasana di dalam rumah Batupalano.Ada 6 kamar masing-masing untuk kemenakan perempuan
Loetan adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ia hanya memiliki seorang kakak perempuan bernama Fatimah.

Suatu saat ketika Loetan sudah menemukan guru yang ia cari, ia mulai bingung karena ia tidak memiliki cukup uang untuk membayar gurunya. Sementara ia tidak mau meminta kepada orangtuanya, karena ia ingin memberi kejutan kepada mereka: bahwa ia juga bisa mandiri dan bekerja. Karena selama ini ia selalu dianggap sebagai anak bungsu yang manja.

Ia pun meminta bantuan kakak perempuannya. Kebetulan ia tahu kakak perempuannya itu memiliki tabungan berupa perhiasan.

Loetan meminjam perhiasan kakak perempuannya itu, untuk membayar kursus. Awalnya, Fatimah merasa berkeberatan, karena tidak yakin adik satu-satunya yang biasanya manja itu, bisa sukses dengan cara belajar secara non formal. Demang Loetan berusaha meyakinkan kakaknya itu.

“Suatu saat kalau saya berhasil, saya akan bangunkan kamu rumah yang bagus,” janjinya sungguh-sungguh.

Akhirnya sang kakak menyerah. Ia mengiklaskan seluruh perhiasannya dibawa  adiknya itu, sekaligus menjaga rahasia kepada orangtua mereka bahwa Loetan mengikuti les privat kepada orang Belanda.

Rumah indah sebagai hadiah

Prof.DR. Maizar Rahman Datuk Rangkayo Maharadjo & istri. Berkat beliau Rumah Batupalano tetap terawat &  indah hingga kini. 
Usaha keras Demang Loetan tak sia-sia. Meski pendidikan formalnya tidak tinggi, namun karena semangat, dedikasi dan kemampuan bahasa Belandanya sangat bagus, selangkah demi selangkah beliau berhasil menapaki jenjang karier.

Mengawali karier sebagai pegawai negeri (ambtenaar) di stasiun kereta api di Koto Baru, sampai akhirnya menjadi seorang pejabat tinggi: Demang atau kepada distrik atau wedana pada zaman Belanda.

Sudah menjadi pejabat dengan penghasilan yang tinggi pada masanya, Demang Loetan tidak melupakan jasa kakak perempuannya.

Ia menepati janjinya. Di lahan yang cukup luas, ia membangunkan sebuah rumah megah untuk sang kakak perempuan tersayang. Kakaknya kebetulan memiliki 8 anak, 6 perempuan dan 2 laki-laki.

Rumah besar itu sengaja dibangun dengan 6 kamar, sesuai jumlah kemenakan (keponakan) perempuannya. Dan di depan pintu kamar masing-masing tercantum nama sang keponakan:  Bungo Tanjung, Puti RohanaSiti Zubaidah, Rukayah, Indam Dewi dan Saudah.  Si bungsu Saudah adalah ibunda saya tercinta.

Dalam adat Minangkabau, anak laki-laki selalu dikondisikan untuk merantau. Sehingga tidak diperhitungkan untuk tinggal di rumah.

Jadi, rumah besar bergaya Eropa di desa Batupalano itu, adalah wujud rasa terimakasih seorang adik laki-laki kepada kakak perempuanya. Karena berkat kakak perempuannya itu, ia bisa memiliki pendidikan untuk bekal berjuang mengubah nasibnya. Dari seorang pribumi anak desa di lereng gunung, menjadi seorang pejabat tinggi, yang pada masa itu yang bisa menjadi pejabat mayoritas hanya orang Belanda.

Rumah gadang (besar) sarat kenangan, hingga kini tetap berdiri kokoh, karena sangat dirawat oleh cucu dan cicit Nenek Fatimah. Menjadi tempat pulang basamo (pulang bersama) para cucu dan cicit  Ina, panggilan sayang untuk Nenek  Fatimah.

Tidak hanya menjadi tempat berkumpul saat keturunan Ina Fatimah pulang basamo ke kampung, Rumah Batupalano juga memiliki fungsi sosial di kampung itu. Sering dipinjam untuk digunakan upacara adat seperti pengukuhan Datuk (ketua adat) baru di wilayah itu.

Bahkan ada saran dari masyarakat agar Rumah Batupalago dijadikan salah satu warisan budaya di Kampung Agam.

Para cucu dan cicit Ina Fatimah tetap bersatu dan kompak di bawah naungan Datuk saat ini yang bijaksana, Prof. DR. Maizar Rahman Datuk Rangkayo Maharadjo. Mantan Kepala Lemigas, mantan Acting Sekjen OPEC dan Gubernur OPEC serta Komisaris Pertamina ini, yang tak lain adalah anak dari Indam Dewi, salah satu dari 6 keponakan perempuan Demang Loetan.

Datuk Rangkayo Maharadjo ini, sangat merangkul semua cucu dan cicit Ina Fatimah untuk selalu rukun dan kompak dalam segala hal, termasuk memelihara rumah indah peninggalan Inyiek Damang dan Ina Fatimah tersayang.*** MH

Foto-foto: Prof. DR. Maizar Rahman Datuk Rangkayo Maharadjo

#rumahbatupalano

#rumahpeninggalan

#rumahkeluargabesar

#rumahklasikeropa

#rumahindah

#rumahklasikcantik

#batupalano

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *