HEADLINE NEWS

Kategori

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

MENGURUS RUMAH TANGGA TANPA ART MASIH DITUDUH PEMALAS OLEH IBU MERTUA

CURHAT: Saya betul-betul perlu bantuan saat ini. Karena saya merasa sangat diperlakukan tidak adil oleh ibu mertua saya.

Memang sebetulnya keluarga suami kurang begitu setuju dengan perkawinan saya dan suami.  Ibu mertua inginnya suami kuliah S2 dengan beasiswa di luar negeri, tapi suami malah bekerja dan menikah dengan saya.

Sekarang saya sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki seorang anak laki-laki usia 5 tahun. Sebelum memiliki anak saya bekerja sebagai asisten manager HRD di sebuah perusahaan swasta.

Setelah memiliki anak saya merasa tidak tega menitipkan anak ke ART. Kebetulan juga keluarga saya di luar kota, sedang keluarga suami meski satu kota tapi tinggal agak jauh dari tempat tinggal kami.

Sejak awal menikah saya dan suami memang sepakat untuk tinggal pisah dengan mertua ataupun ipar. Jadi kami putuskan mengontrak rumah tidak jauh dari kantor suami.

Berkunjung ke rumah mertua kami usahakan seminggu sekali di akhir pekan. Sementara mertua atau ipar jarang berkunjung ke rumah kami. Karena memang hubungan saya dan mertua juga ipar biasa saja, alias tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Mertua juga kalau kami berkunjung hanya sibuk bermain dengan anak kami.

Suatu kali tanpa memberi tahu lebih dulu, tiba-tiba ibu mertua saya berkunjung ke rumah. Kebetulan saya hari itu sedang kurang sehat, jadi setelah menyiapkan keperluan suami sebelum berangkat bekerja dan antar anak ke TK yang dekat rumah, saya tiduran di sofa. Sambil menunggu jam pulang sekolah anak, saya nonton drama di tv.

Saat membukakan pintu, mertua melihat saya dalam kondisi agak mengantuk dan dia lihat tv sedang menyiarkan drakor.

Dia tidak lama di rumah, hanya basa-basi sebentar menyerahkan oleh-oleh untuk anak kami, setelah itu beliau pamit. Keluarga suami memang baru pulang dari berlibur..

Sebelum pulang ibu mertua pesan, “Kalau bisa sementara suami sedang kerja keras di luar rumah, kamu jangan malas-malas. Ngapain kek, jualan online atau bikin apa aja kegiatan yang positif dan produktif,” katanya dengan suara datar.

Deg, saya merasa terpukul sekali. Rasanya seperti ditinju petinju kelas berat. Muka saya merah karena malu, kepala saya pusing, dada saya berdebar kecang dan hati saya sakit sekali.

Hanya karena dia sekali-kalinya lihat saya tiduran dan menonton tv di rumah, langsung saya dicap sebagai pemalas?

Beberapa menit setelah mertua pulang, suami saya telepon. Saya tahu pasti ibunya sudah mengadu ke dia.

Saya langsung jelaskan ke suami kalau saya lagi kurang sehat dan tidak siap ibunya berkunjung. Suami saya menenangkan saya, tapi dia bilang, “Jangan dipikirkan. Santai aja. Ibu kan nggak tahu kalau kamu sudah capek ngurusin saya dan anak. Selain itu, hak kamu untuk bersantai di rumah sendiri,” katanya menenangkan.

Rasanya saya ingin teriak, “Saya bukan pemalas! Tapi saya kurang sehat!” Namun rasanya sia-sia, jadi saya diam saja. Pembelaan saya rasanya tak ada gunanya. Image saya di mata ibu mertua sudah terlanjur terbentuk: pemalas!

Terus terang saya jadi makin berat berkunjung ke rumah mertua dan berkumpul dengan keluarga suami. Karena saya yakin Ibu sudah menelepon beberapa kerabatnya, untuk menceritakan ‘temuannya’ yang super gurih untuk dijadikan bahan gosip.

Bersama ini saya mohon saran, apa yang sebaiknya saya lakukan? Kondisi seperti ini sangat menyiksa saya. Rasanya saya gak kuat diperlakukan seperti orang yang bersalah terus, sementara suami saya selalu bersikap santai, menganggap sikap ibunya biasa saja.

Saya tunggu sekali sarannya. Terimakasih banyak.

Putria – Medan

SARAN: Kami sangat memahami perasaan Anda. Selalu menjadi ‘sasaran tembak‘  ibu mertua.

Karena memang awal kisah Anda masuk ke dalam kehidupan beliau kurang berkenan baginya. Jadi sangat wajar bila ia selalu mencari pembenaran bahwa pendapatnya benar: pilihan anaknya salah!

Memang harus ada usaha khusus untuk mematahkan cap yang sudah telanjur beliau berikan kepada Anda.

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memang bukan hal yang mudah. Hanya sesama ibu rumah tangga yang mengerjakan semua sendiri, yang bisa memahami. Diluar itu, mereka menganggap pekerjaan rumah tangga sangat ringan, tidak perlu pakai tenaga dan pikiran sama sekali.

Padahal itu salah besar. Menjadi ibu rumah tangga seratus persen adalah pekerjaan yang sangat menguras tenaga, pikiran, emosi dan mirisnya tanpa penghargaan yang sepadan.

Harus iklas total untuk bisa menjalani dengan nyaman dan santai, tanpa itu: sangat berat fisik maupun mental.

Pekerjaan yang itu-itu saja dan tidak pernah selesai serta tidak kelihatan hasilnya secara signifikan. Mulai dari menyiapkan sarapan suami dan anak, menyiapkan baju kerja dan baju seragam anak, mengantarkan anak ke sekolah, beberes rumah, mencuci pakaian, menyetrika, berbelanja, memasak, menghidangkan makanan, membereskan meja makan, menemani anak belajar, menemani suami ngobrol.

Sampai mereka sudah tidur, tugas Anda belum juga selesai, harus memikirkan besok pagi sarapan apa juga bekal apa lagil untuk mereka? Memikirkan dan mengatur menu bukanlah hal mudah.

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri: capek sekali. Dan yang menyedihkan: tidak ada yang peduli dengan rasa penat yang Anda alami. Saat sakit pun kadang masih diharapkan urusan rumah tangga beres-beres aja.

Tapi itulah kenyataan yang ibu rumah tangga di negeri kita ini umumnya alami, sejak dulu, bahkan sampai saat ini. Karena masih kental di budaya kita yang menganggap pekerjaan rumah tangga adalah tugas wanita!

Beruntung bila suami mau membantu beberapa pekerjaan rumah tangga. Tapi masih banyak suami yang menganggap pekerjaan rumah tangga sepenuhnya tugas istri, sedang tugas suami mencari nafkah di luar rumah.

Berbeda bila suami dibesarkan di keluarga yang sudah menganggap pekerjaan rumah tangga adalah tugas suami istri dan anggota rumah semua. Sehingga sudah dibiasakan berbagi tugas rumah tangga antara suami istri dan anak-anak. Namun hal itu masih jarang diterapkan dalam keluarga Indonesia..

Memang ada wanita yang memiliki kemampuan lebih; selain bisa menangani semua pekerjaan rumah tangga sendiri, dia juga masih bisa mengisi waktu dengan berbisnis online ataupun offline. Berjualan atau memproduksi sesuatu. Ada juga yang bekerja paruh waktu ataupun mengajar beberapa kali dalam seminggu.

Namun ada juga,  jangankan mengerjakan pekerjaan lain atau berbisnis, mengerjakan pekerjaan rumah tangga pun harus dengan bantuan ART. Tanpa ART dia merasa tak berdaya. 

Jadi memang masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda. Ada yang canggih dalam mengatur waktu, ada juga yang merasa selalu kekurangan waktu.

Mungkin karena keingininan yang tinggi, kondisi yang mendesak, seorang ibu rumah tangga penuh (tanpa ART sama sekali), masih memiliki sisa waktu untuk kegiatan lain yang produktif.

Saran kami, sementara tenangkan diri saja. Anggap saja kunjungan mertua sebagai cubitan untuk Anda. Mumpung Anda masih muda dan memiliki jaringan pertemanan yang luas, mungkin mulai bisa iseng-iseng berbisnis.

Untuk mencari inspirasi, kira-kita bisnis apa yang bisa Anda lakoni di sela-sela kegiatan sebagai ibu rumah tangga, bisa menonton konten-konten Youtube yang dibuat oleh ibu-ibu rumah tangga Indonesia di dalam negeri maupun di luar negeri.

Banyak sekali contoh nyata ibu rumah yang memiliki beberapa anak dan tanpa bantuan ART, masih tetap bisa bekerja paruh waktu, menerima pesanan makanan kecil, menerima pesanan tumpeng, membuat tempe, peyek, krupuk dan sebagainya. Atau membuat kerajinan, aksesoris, mengajar yoga, mengajar bahasa ataupun menjadi agen properti.

Jadi coba ‘jawab’ tuduhan ibu mertua dengan langkah positif. Mulai browsing kira-kira kegiatan produktif apa yang bisa Anda lakoni.Jangan dulu berpikir profit. Cukup sekadar mengisi waktu dulu.

Semoga upaya Anda sedikit demi sedikit ada hasilnya dan Ibu Mertua tercinta akan mengakui bahwa Anda bukanlah menantu yang pemalas, tapi menantu yang: produktif dan membanggakan.

Selamat mencoba. Tetap semangat!***

Foto ilustrasi: Ron Lach/ Pexels

#mertuadanmenantu
#perselisihandenganmertua
#sikapmertuamenjengkelkan
#mertuamenjengkelkan
#menantudanmertua
#dituduhpemalas
#rumahtanggatanpaart
#mengerjakansendiri
#baladaiburumahtangga
#mertua
#menantu
#pemalas

CURHAT:majalahwanita8@gmail.com

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *